Gus Farid

Avatartentang pengharapan dan kegelisahan terhadap "good society" di Indonesia

Dari Michigan Belajar tentang Kultur dan Gempa di Yogya

15 orang remaja belia bertubuh bongsor itu datang dari pelbagai fakultas di University of Michigan (UM), AS, untuk melongok Yogyakarta setelah gempa. Mereka terdiri dari tiga perjaka dan 12 gadis, dengan diiringkan oleh pimpinan fakultasnya, Agustini, yang asli Purwokerto.

“Sesungguhnya ada lebih dari 100 orang mahasiswa yang berminat ke Indonesia,” ujar Agustini, dosen Bahasa Indonesia di UM, menjelaskan kepada tuan dan puan rumah di Kantor Lembaga Ombudsman Swasta (LOS) DIY. “Namun karena keterbatasan tempat, kami harus menyeleksi dan memilih 15 orang saja.”

Mereka berasal dari bidang studi seni, politik, kebijakan publik, biologi sampai astronomi. Namun mereka datang ke Yogyakarta dengan fokus belajar tentang pengalaman antar-budaya, khususnya problematika pasca gempa. Itulah sebabnya di LOS banyak menanyakan perihal kebijakan terhadap kesulitan masyarakat yang dirundung musibah gempa. Mereka mencecar Supriyono, anggota LOS yang memandu acara, tentang bagaimana masalah kesehatan masyarakat direspon di puskesmas dan rumahsakit.

“Kami juga akan bertamu kepada Bupati Bantul,” jelas BRM Bambang Irawan, dosen Universitas Sebelas Maret (UNS), yang bertindak sebagai tuan rumah. “Mereka ingin tahu apa saja langkah-langkah politik-ekonomi pasca gempa yang diambil pemerintah.”

LOS-DIY dipilih sebagai salah satu item kunjungan. Tujuannya untuk melihat bagaimana lembaga ini menyikapi persoalan-persoalan pasca gempa yang terkait dengan kebijakan ekonomi-politik, kesehatan dan permukiman. Maka hari Selasa ini (19/5) remaja-remaja bule yang baru belajar Bahasa Indonesia itu pun mengikuti diskusi terarah di LOS tentang masalah-masalah perumahan dan pemukiman dengan sejumlah pihak. Hadir dalam diskusi tersebut unsur BPPD (Badan Pengendalian Perumahan Daerah) Sleman, Kimpraswil, BPN (Badan Pertanahan Nasional) Sleman, Ketua REI DIY Remigius, konsumen perumahan, anggota DPRD DIY Imam Sujangi, beberapa pengembang, juga pakar pemukiman Yogyakarta lulusan Jerman, Ilya Mahardika. ****

0 komentar:

Posting Komentar